Indramayu, Beritasuper – Besok menjadi momen bersejarah bagi ribuan honorer Kabupaten Indramayu yang dengan semangat membara siap melakukan aksi damai untuk menuntut keadilan. Selasa, (14/01).

Aksi ini merupakan bentuk protes atas ketidakadilan yang dirasakan selama bertahun-tahun, di mana para honorer merasa tidak dihargai atas pengabdian mereka.

Dengan mengusung tema “Kami Memanggilmu: Rapatkan Barisan Honorer Kabupaten Indramayu,” aksi ini adalah panggilan keras kepada pemerintah untuk segera bertindak.

Massa akan memulai perjalanan mereka dari GOR Singalodra, melewati BKPSDM dan Pendopo, hingga akhirnya berhenti di kantor DPRD Kabupaten Indramayu.

Longmarch ini bukan sekadar perjalanan, tetapi simbol perjuangan keras yang selama ini mereka lalui. Dengan suara lantang, mereka akan menyerukan tuntutan mereka kepada para pemimpin yang selama ini dianggap abai terhadap nasib honorer.

Koordinator aksi, menegaskan bahwa tujuan utama aksi ini adalah di DPRD, tempat orasi dan mediasi akan berlangsung.

“Kami tidak akan berhenti sampai pemerintah mendengar dan memberikan solusi konkret atas tuntutan kami. Audiensi ini akan menjadi momentum penting untuk memaksa pihak DPRD, Dinas Pendidikan, dan BKPSDM mendengarkan suara kami,” tegasnya.

Spanduk-spanduk berisi tulisan seperti “Hargai Pengabdian Kami!” dan “Kami Bukan Budak Pendidik!” menjadi sorotan utama dalam aksi ini.

Ini adalah ungkapan kekecewaan mendalam atas kurangnya penghargaan terhadap mereka yang selama ini menjadi tulang punggung pendidikan.

Honorer menuntut kejelasan status kepegawaian dan solusi atas masalah yang terus-menerus diabaikan. Mereka menuntut agar pemerintah berhenti memberi janji kosong dan segera bertindak nyata.

Aksi ini bukan hanya tentang protes, tetapi juga panggilan untuk perubahan besar.

“Kami tidak meminta belas kasihan. Kami menuntut keadilan yang sudah sepantasnya kami dapatkan,” tambahnya dengan penuh semangat.

Aksi ini diharapkan menjadi tamparan keras bagi pemerintah yang selama ini dianggap membiarkan nasib honorer terombang-ambing.

“Perjuangan ini adalah tentang martabat kami, tentang masa depan pendidikan, dan tentang keadilan yang seharusnya menjadi hak semua orang,” tutupnya.

Share.
Exit mobile version