Beritasupercom | Indramayu – Keputusan mendadak Ady Setiawan, Direktur Utama PDAM, untuk mengambil cuti dan muncul dalam panggung debat calon kepala daerah, telah memicu gelombang perdebatan dan sorotan publik yang intens.

Langkah ini, yang terjadi hanya empat jam sebelum debat KPU dimulai, dianggap kontroversial. Ady, yang menyebut dirinya hadir sebagai “warga biasa,” mendapat sorotan terkait niat di balik aksinya yang tak lazim tersebut. Keputusannya juga diikuti oleh pernyataan resmi yang mengklaim ia telah melepaskan segala fasilitas dan tanggung jawab dinas sebelum menghadiri debat.

“Saya cuti 20 hari, dan telah menyerahkan jabatan sejak tanggal 4 November, tepat empat jam sebelum debat. Semua kewenangan saya sudah didelegasikan, fasilitas dinas telah saya serahkan kepada pelaksana tugas Dirut PDAM, dan saya hadir dengan menggunakan fasilitas pribadi serta biaya sendiri,” jelas Ady kepada media. Kamis,(14/11).

Gambar ady setiawan dalam acara debat pilkada Indramayu 2024 / istimewa

Namun, tidak semua pihak menerima penjelasan tersebut begitu saja. Pasangan calon 02, Lucky-Syaefudin, menganggap kehadiran Ady sebagai upaya terselubung untuk mempengaruhi opini publik. Mereka bahkan menuduhnya melanggar etika pemilu dengan menggunakan posisinya secara tidak langsung sebagai bentuk dukungan terhadap salah satu kandidat.

Ady membantah keras tudingan ini. “Ini murni inisiatif pribadi saya, tidak ada kaitannya dengan jabatan,” ujarnya. Tetapi, pernyataannya belum mampu meredakan spekulasi masyarakat, yang mencurigai langkah ini sebagai bagian dari strategi halus untuk menggalang dukungan atau memupuk pengaruh politik. Bagi para pendukungnya, langkah ini justru dianggap sebagai bukti keberanian Ady untuk bersikap terbuka dan jujur di depan publik, mengingat ia memang dikenal dengan gaya vokalnya.

Beberapa pengamat politik turut menyoroti keputusan Ady, menyebut tindakan ini sebagai “langkah berisiko dan kurang etis.” Mereka mempertanyakan komitmen Ady dalam menjaga netralitasnya mengingat posisinya yang strategis di PDAM. Ada pula yang menilai bahwa Ady tengah memainkan “politik pencitraan” untuk mendongkrak namanya menjelang Pilkada.

Keputusan Ady ini telah memicu perdebatan luas di media sosial dan masyarakat. Banyak yang bertanya-tanya, apakah Ady benar-benar hadir sebagai warga yang independen ataukah ada agenda tersembunyi yang memotivasi gerakannya ini.

Share.
Exit mobile version