Beritasuper.com | Indramayu – Puluhan warga Desa Rancajawat berkumpul dalam rangkaian acara Tahlil Buyut Semarang yang diadakan di Desa Rancajawat. Acara yang penuh khidmat ini turut dihadiri oleh Kuwu Mamet T.Haryanto,S.Sos, yang juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan beberapa informasi penting terkait pungutan munjung, serta rencana pembangunan pagar dan gapura desa.

Kegiatan Tahlil Buyut Semarang merupakan tradisi tahunan yang diadakan untuk mengenang leluhur desa. Acara tersebut berlangsung dengan suasana penuh kekeluargaan, dihadiri oleh masyarakat dari berbagai kalangan yang datang untuk berdoa bersama. Momen ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi antarwarga dan pengingat akan pentingnya menjaga tradisi yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di desa ini.

Dalam sambutannya, Kuwu Mamet T.Haryanto menyampaikan beberapa hal yang menjadi perhatian pemerintah desa, terutama mengenai pungutan munjung yang telah menjadi tradisi setempat. “Pungutan munjung adalah salah satu bentuk gotong royong masyarakat yang selama ini sudah berjalan. Namun, kami akan tetap mengupayakan agar setiap pungutan dilakukan secara transparan dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan desa,” ujar Kuwu Mamet.

Lebih lanjut, Kuwu Mamet juga membahas rencana pembangunan pagar desa dan pembuatan gapura sebagai bagian dari upaya memperindah dan memperkuat identitas Desa Rancajawat . Ia menegaskan bahwa pembangunan tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan kebutuhan yang paling mendesak.

“Ke depan, kami berencana membuat pagar desa dan membangun gapura yang akan menjadi simbol kebanggaan warga. Untuk itu, kami berharap partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, baik melalui tenaga maupun iuran sukarela, agar program ini bisa berjalan lancar,” kata Kuwu Mamet.

Warga yang hadir merespons positif pemaparan Kuwu Mamet, dengan beberapa tokoh masyarakat menyampaikan dukungan penuh terhadap program-program desa yang telah direncanakan. Mereka berharap, dengan adanya pembangunan infrastruktur baru, Desa Rancajawat bisa lebih tertata dan semakin dikenal oleh desa-desa sekitar.

Acara Tahlil Buyut Semarang kemudian ditutup dengan doa bersama, yang dilanjutkan dengan makan bersama sebagai wujud syukur dan kebersamaan antarwarga. Warga berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan di masa mendatang, seiring dengan semangat gotong royong untuk membangun desa.

Share.
Exit mobile version